Jumlah kasus HIV/AIDS di Kota Medan terus merangkak naik. Dinas Kesehatan Kota Medan mencatat sejak 2006 hingga 2024, totalnya telah mencapai 9.883 kasus. Angka ini melonjak tajam dalam tiga tahun terakhir, terutama sejak 2021.
“Tahun 2023 jadi rekor tertinggi dengan 1.800 kasus baru. Meski 2024 sedikit turun jadi 1.696 kasus, tapi itu tetap tinggi,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Medan, dr Pocut Fatimah Fitri MARS, Selasa, 24 Juni 2025.
Menurutnya, lonjakan itu terjadi karena makin luasnya layanan tes serta perubahan sistem pencatatan. “Sekarang semua kasus positif dari faskes langsung masuk ke sistem SIHA 2.1, tanpa melihat NIK luar kota,” jelasnya.
Kelompok usia produktif 25-49 tahun menjadi yang paling banyak terdampak. Faktor risiko tertinggi berasal dari kelompok LSL (laki-laki seks dengan laki-laki), yang menyumbang 46,2% dari total kasus. Disusul kelompok “lain-lain” seperti hubungan tanpa kondom, transfusi darah, dan penggunaan jarum suntik tak steril sebesar 26,3%, serta penderita TB sebanyak 12,3%.
Dalam tiga bulan pertama tahun 2025 saja, ditemukan 398 kasus baru—menandakan penularan masih sangat aktif di tengah masyarakat.
Dinkes Medan mengklaim telah menjalankan berbagai strategi: memperluas layanan tes dan pengobatan, menghapus stigma melalui kampanye daring dan lewat Puskesmas, serta menyediakan pemeriksaan viral load gratis.
Mereka juga menggandeng organisasi profesi, komunitas HIV, Kementerian Agama, hingga menyisir calon pengantin lewat skrining HIV sejak 2016. Pelaporan data juga dilakukan lewat aplikasi SIHA 2.1.
Pemantauan terbaru menunjukkan kelompok risiko tinggi terdiri dari LSL, penderita TB, pasangan ODHIV, pelanggan pekerja seks, dan populasi umum. Risiko sedang diisi oleh ibu hamil, penderita IMS, pekerja seks, dan waria. Sedangkan anak ODHIV, warga binaan, calon pengantin, dan pengguna narkoba suntik masuk kategori risiko rendah.
Dinkes Medan terus menyosialisasikan prinsip pencegahan ABCDE: Abstinence (tidak berhubungan seksual bebas), Be faithful (setia pada pasangan), Condom (gunakan kondom saat hubungan berisiko), Drugs (hindari narkoba), dan Education (edukasi diri tentang HIV/AIDS).
“Orang tua harus bekali anak, khususnya remaja laki-laki, dengan pendidikan seks yang benar dan ilmu agama, agar terhindar dari perilaku yang dilarang Allah,” imbau dr Pocut.
Penyakit HIV merupakan serangan virus yang bisa membuat lemahnya kekebalan tubuh para penderitanya. Jika tidak ditangani baik, penyakit ini dapat berkembang menjadi AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome), suatu kondisi serius di mana sistem kekebalan tubuh sangat lemah sehingga menyebabkan kematian yang sangat menyiksa.
Sampai saat ini belum ada obat yang bisa digunakan untuk menyembuhkan penyakit AIDS ini. Hanya saja penyakit ini bisa dikelola sehingga penyebarannya tidak begitu cepat. Kematian adalah akhir dari serangan penyakit ini sehingga bisa dikatakan AIDS salah satu penyakit yang tidak bisa disembuhkan.
Penularan virus HIV umumnnya terjadi akibat hubungan seks yang tidak normal, seks tanpa kondom, penggunaan jarum suntik bersama, dan dari ibu ke anak selama kehamilan, persalinan, atau menyusui. HIV tidak menular melalui udara, air, keringat, air mata, air liur, gigitan nyamuk, atau sentuhan fisik. **