Mantan Gubernur Sumatera Utara (Sumut), Edy Rahmayadi, yang
juga Pembina PT Kinantan Medan Indonesia (KMI) batal menjual PSMS Medan. Meski demikian, kerjasama dengan pihak ketiga untuk mengembangkan klub itu tetap sangat dibutuhkan.Edy Rahmayadi, pembina PSMS Medan
Pembatalan penjaulan saham PSMS Medan itu disampaikan Direktur Utama PT KMI selaku pengelola klub, Arifuddin Maulana Basri. Ia menegaskan, PSMS tidak akan diperjualbelikan. Namun ia mengajak bagi siapa saja yang ingin bersama-sama memajukan PSMS.
"Kita tegaskan jika PSMS tidak untuk diperjualbelikan. Tapi kita tidak menutup kemungkinan membuka peluang bagi siapa pun untuk ikut membantu sama-sama memajukan klub ini," ujarnya, Minggu (8/6).
Pada pertengahan Januari lalu, Arifuddin sempat mengatakan menunggu calon pembeli dan sudah ikhlas akan menjual PSMS. Akan tetapi niat tersebut diurungkan. Menantu Edy Rahmayadi itu mengungkapkan pihaknya tengah menjalin komunikasi dengan berbagai stakeholder, baik di tingkat kota maupun provinsi, guna mendapatkan dukungan fasilitas yang lebih baik bagi PSMS Medan.
Edy Rahmayadi sebagai pemegang saham utama juga menegaskan hal yang sama. Kepada Kajianberita.com, ia menegaskan tetap berkomitmen memajukan PSMS dengan sumber dana yang ada. Namun dengan keterbatasan dana yang ada, Ia merasa tidak bisa menangani sendirian operasional PSMS Medan.
Oleh karena itu ia membuka peluang kolaborasi dengan pihak lain yang benar-benar memiliki komitmen untuk membesarkan PSMS — bukan sekadar menjadi pemilik dalam arti formal, tetapi juga pemelihara semangat dan identitas klub.
Untuk investor yang tertarik bekerjasama, Edy menawarkan dua persyaratan, yakni tidak memindahkan markas PSMS dari Sumut, dan tetap menjaga nama baik klub. Sikap ini menunjukkan kalau Edy lebih memprioritaskan marwah dan sejarah klub ketimbang keuntungan semata. Tentu saja ini sebuah sikap yang pantas diapresiasi.
Namun demikian, tantangan bagi Edy dan manajemen PSMS untuk mengembangkan PSMS Medan ke depan tidak bisa dikatakan kecil. Apalagi klub ini masih berjuang untuk kembali ke kasta tertinggi Liga Indonesia.
Perjalanan ini memerlukan manajemen profesional, konsistensi pembinaan pemain, serta sinergi dengan semua pihak, termasuk suporter. Edy sebagai figur sentral perlu didampingi oleh orang-orang yang kompeten dan punya visi jauh ke depan. ***