Pendirian maskapai penerbangan internasional, Indonesia
Airlines sempat dikabarkan hanya sensasional belaka. Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan bahkan pernah menuding kalau kabar
itu adalah hoax sebab sampai saat ini layanan penerbangan itu berstatus belum
tersertifikasi.Chief Executive Officer Indonesia Airlines, Iskandar
Menanggapi tuduhan itu, Anak muda asal Bireuen, Aceh yang merupakan Chief Executive Officer Indonesia Airlines, Iskandar menegaskan bahwa proses pendirian perusahaan itu sebagai maskapai penerbangan nasional bukanlah cerita omong kosong. Indonesia Airlines secara resmi mengumumkan kemajuan signifikan berupa perolehan empat sertifikat standar angkutan udara dari otoritas penerbangan yang berlaku, baik untuk layanan domestik maupun internasional.
“Kami tegaskan bahwa Indonesia Airlines bukanlah isapan jempol. Proses pendirian kami berjalan sesuai koridor hukum dan regulasi penerbangan nasional. Kami sangat menyesalkan tuduhan ‘hoaks’ yang tidak berdasar dan dapat mencederai semangat investasi sektor aviasi di Indonesia," ujarnya dalam keterangan kepada VOI, Sabtu, 19 Juli.
Iskandar mengatakan, Indonesia Airlines telah mengantongi empat sertifikat yang ditandatangani oleh Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) atas nama Menteri Perhubungan Republik Indonesia. Sertifikat tersebut antara lain Sertifikat Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri untuk Penumpang atau Penumpang dan Kargo, Sertifikat Angkutan Udara NIaga Berjadwal Luar Negeri untuk Penumpang atau Penumpang dan Kargo, sertifikat untuk Angkutan Udara Niaga Tidak Berjadwal Luar Negeri untuk Penumpang atau Penumpang dan Kargo dan Sertifikat Angkutan Udara Niaga Tidak Berjadwal Lainnya.
"Pencapaian ini sekaligus menjawab dan membantah tudingan hoaks yang sebelumnya dilontarkan oleh pejabat Kementerian Perhubungan terkait rencana pendirian Indonesia Airlines," tegas Iskandar.
Iskandar menambahkan, pernyataan Dirjen Perhubungan Udara yang menyebut bahwa rencana Indonesia Airlines adalah “angan-angan” telah menimbulkan keraguan publik.
"Padahal, proses perizinan dan persiapan teknis Indonesia Airlines telah berjalan secara bertahap dan transparan," imbuh dia.
Iskandar mengklaim dirinya saat ini baru kembali ke Indonesia setelah melakukan lawatan bersama dengan tim di beberapa negara dalam rangka finalisasi komunikasi dengan mitra, lessor dan pabrikan pesawat, serta beberapa maskapai besar dunia untuk potensi strategic partnership yang mencakup leasing/purchasing pesawat, pusat pelatihan pilot dan awak kabin, fasilitas pemeliharaan pesawat dan suku cadang, menyatakan pihaknya siap untuk berdialog langsung dengan Direktur Jenderal Perhubungan Udara.
“Kami membuka pintu komunikasi seluas-luasnya dengan otoritas. Sudah saatnya publik disuguhi informasi yang benar, bukan prasangka," lanjut dia.
Terkait jadwal soft launching, Iskandar bilang saat ini pihaknya masih menunggu diskusi akhir dari tim bersama Booking Entertainment dan concert promoter di New York untuk finalisasi jadwal dari Brand Ambassador.
"Dalam acara soft launching tersebut Brand Ambassador akan diperkenalkan secara resmi kepada publik," tandas dia.
Indonesia Airlines merupakan maskapai penerbangan baru yang nantinya akan terbang secara internasional. Meski menggunakan nama Indonesia, rencananya maskapai ini akan menjadikan Singapura sebagai basecamp mereka. Alasannya, karena jaringan penerbangan internasional Singapura lebih lengkap dan memadai.
Iskandar merupakan motor dari pendirian Perusahaan internasional itu. Ia bekerjasama dengan sejumlah investor dari berbagai dunia. Iskandar merupakan pemuda asal Bireuen, Aceh yang merupakan sosok di balik berdirinya Indonesia Airlines. Ia menjabat sebagai CEO serta Ketua Eksekutif Calypte Holding, perusahaan yang menangani Perusahaan itu.
Iskandar lahir di Bireuen, pada 7 April 1983. Ia menempuh pendidikan di Universitas Syiah Kuala (USK), Banda Aceh, sebelum memulai karier profesionalnya. Perjalanan kariernya dimulai setelah ia bekerja di Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh-Nias pasca-tsunami.
Pada tahun 2006, ia bergabung dengan PLN dan bekerja di sektor energi hingga 2009. Namun, tak berhenti di sana, Iskandar kemudian menjajal dunia perbankan dan asuransi, yang akhirnya membuka jalan baginya untuk masuk ke dunia bisnis. ***