Gubernur Aceh Muzakir Manaf atau yang akrab disapa Mualem terus bergerak mengatasi penderitaan yang dialami rakyatnya akibat bencana banjir dan longsor akhir November lalu. Salah satu upaya yang dilakukannya adalah melakukan kunjungan ke Tzu Chi Center, kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK), Jakarta Utara, Senin (22/12/2025) untuk melobi agar Lembaga itu bisa berperan membangun rumah bantuan untuk korban.
Kunjungan tersebut berlangsung dalam suasana hangat dan penuh keakraban bersama para relawan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.
Kedatangan Gubernur Aceh ke Tzu Chi Center bertujuan untuk membahas rencana pembangunan hunian tetap bagi warga Aceh yang terdampak bencana banjir bandang dan tanah longsor. Dalam pertemuan itu, dibahas pembangunan 1.000 unit rumah yang akan direalisasikan di sejumlah kabupaten di Provinsi Aceh.
Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia sendiri menyatakan komitmennya untuk membangun 2.500 unit rumah bagi masyarakat terdampak bencana di wilayah Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat sebagai bagian dari program kemanusiaan berkelanjutan.
Gubernur Aceh Muzakir Manaf menyampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih atas perhatian dan kepedulian Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia terhadap masyarakat Aceh.
“Terima kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi yang ingin membantu warga Aceh ke depan. Mudah-mudahan semua rencana ini berjalan lancar dan kita semua dalam keadaan baik,” ujar Muzakir Manaf.
Selain membahas pembangunan hunian tetap, pertemuan tersebut juga menjadi momentum untuk mempererat hubungan dan kerja sama antara Pemerintah Provinsi Aceh dan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, khususnya dalam upaya pemulihan pascabencana dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Pemerintah Provinsi Aceh berharap pembangunan hunian tetap ini dapat segera direalisasikan sehingga warga terdampak bencana dapat kembali hidup layak dan aman di lingkungan yang lebih baik.
Aksi yang dilakukan Mualem itu jauh berbeda dengan apa yang dilakukan Gubernur Sumut Bobby Nasution dalam mengatasi bencana. Selama bencana terjadi, Bobby lebih sering menempatkan dirinya bak seorang relawan. Datang ke lokasi bencana bersama beberapa wartawan, lalu bagi-bagi makanan.
Bobby mendatangi rumah warga yang terkena banjir di Langkat, lalu melempar bantuan dari atas perahu karet. Semua aksinya ditampilkan di media sosialnya seakan menunjukkan ia peduli dengan korban.
Aksi yang dilakukan Bobby itu tidak beda dengan aksi-aksi yang dilakukan para relawan.
Bedanya, para relawan bekerja dengan ikhlas tanpa publikasi, sedangkan Bobby selalu ditemani kamera ke manapun berkunjung. Sama sekali tidak pernah muncul gagasan dalam pikiran Bobby bagaimana membantu menangani penderitan korban dalam jangka panjang.
Untuk menangani masalah besar, Bobby sangat bergantung kepada dukungan pemerintah pusat dalam menyelesaikan masalah bencana yang akut.
Untuk menangani jembatan dan jalan yang rusak misalnya, penanganannya ditangani oleh Kementerian pekerjaan Umum dan lembaga terkait lainnya. Untuk pencarian korban, peran Badan Nasionasl Penanggulangan Bencana yang tampak di depan.
Lalu untuk Pembangunan rumah dan pencarian lokasi pemukiman baru bagi korban, semua ditangani oleh Kementerian Perumahan dan Pemukiman RI. Bobby sepertinya tidak punya kemampuan untuk menangani masalah utama itu.
Yang bisa dilakukanya hanya sejenak bertemu korban lalu bagi-bagi bantuan. Ia tidak banyak terlibat dalam urusan tekniks dan lobi di tingkat elit.
![]() |
| Aksi Bobby melemparkan bantuan dari helikopter. Kerja seperti ini semestinya diberikan kepada relawan saja, kok jadi urusan pencitraa gubernur |
Ketika lembaga Red crescent dari Uni Emirate Arab membantu korban bencana di Medan sebesar 30 Ton beras, Bobby sama sekali tidak terlibat. Ia hanya berbicara seakan-akan terlibat urusan itu. Padahal semua sudah diambil alih oleh Kemendagri, sedangkan urusan lapangan ditangani oleh Muhammadiyah.
Bobby lebih banyak terima bersih. Pemerintah pusat yang lebih sibuk mengurus korban bencana di Sumut. Sementara di akun media sosialnya, Bobby selalu menampakkan bagaimana ia membagi-bagikan makanan kepada warga di pengungsian.
Semestinya seorang gubernur tidak perlu melakukan yang seperti itu. Cukup relawan saja. Gubernur harus memikirkan langkah jangka panjang, sehingga bencana yang sama tidak lagi terulang dan penderitaan masyarakat cepat terselesaikan. ***

