-->

Pusat Fokus Perbaikan Infrastruktur Sumatera Pascabencana, Bobby Fokus pada Pencitraan

Sebarkan:
Gubernur Bobby Nasution bekerja seperti seorang relawan bagi-bagi bantuan kepada para korban bencana

Minimnya anggaran penanganan Bencana yang dialokasikan Gubernur Bobby Nasution dalam Peraturan Gubernur terkait APBD 2025 membuat Pemerintah Sumut tidak bisa berbuat banyak mengatasi bencana di daerah ini. Yang bisa dilakukan Bobby hanya pencitraan dengan membagi- bagikan makanan kepada para pengungsi. Sementara terobosan untuk solusi penyelesaian jangka panjang, tidak banyak.

Bobby datang ke lokasi pengungsian membawa wartawan yang siap memberitakan aktivitasnya di masyarakat. Tidak ada langkah jelas yang ia yang lakukan untuk mengatasi jembatan rusak, jalan yang hancur dan titik-titik longsor yang menyebar di mana-mana.

Minimnya dana penanganan bencana yang dialokasikan di dalam APBD Sumut membuat Bobby gagap menghadapi bencana ini. 

Bayangkan, kerugian bencana di Sumut diperkirakan mencapai lebih dari Rp9 triliun, sementara anggaran penanganan bencana yang tertera di dalam pos ‘Anggaran tak Terduga’ APBD 2025 telah ia potong dari Rp843,1 miliar menjadi Rp98,3 miliar.

Adapun untuk APBD 2026, kondisinya lebih miris lagi. Bobby hanya mengalokasikan anggaran untuk kegiatan penanganan  bencana sekitar Rp70 miliar. Sebaliknya, ia memperbanyak anggaran untuk proyek konstruksi yang dipastikan sarat kolusi dan permainan fee.

Dengan anggaran sekecil itu, tak heran jika Bobby tidak bisa berbuat banyak untuk menangani bencana Sumut. Ia hanya bisa mendatangi kamp-kamp pengungsian lalu membagi-bagikan mie dan beras.

Sementara untuk penanganan infrastruktur, kendali lebih banyak ditangani pemerintah pusat. Padahal pemerintah pusat berkali-kali menegaskan bahwa bencana Sumut masuk dalam kategori bencana daerah, bukan bencana nasional. Namun dalam proses penanganan di lapangan, tetap saja pemerintah pusat yang  lebih banyak turun ke bawah.

Adapun untuk perbaikan infrastruktur, Kemenko bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan yang lebih banyak berperan.  Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai Menko telah mendata semua kerusakan infrastruktur utama dan kini memprioritaskan pemulihan semua kerusakan itu.

AHY baru saja kembali dari rangkaian kunjungan lapangan selama dua hari di sejumlah titik bencana, mulai dari Sumatera Utara, Aceh Tengah, hingga Aceh Tamiang yang disebutnya sebagai salah satu daerah dengan kerusakan terparah.

"Kami kemarin jalan darat dari Medan hampir empat jam menuju Aceh Tamiang. Masih banyak keterbatasan akses dan ini terjadi di tiga provinsi. Banyak jalan putus dan jembatan yang hancur," kata AHY ditemui saat meninjau Flyover Nurtanio Bandung, dikutip Sabtu (13/12/2025).

Menurutnya, kondisi tersebut membuat mobilitas bantuan kemanusiaan terhambat. Meskipun berbagai jenis bantuan sudah siap didistribusikan, akses yang terputus menghambat pengiriman logistik ke lokasi terdampak.

"Oleh karena itu, fokus utama kami sekarang adalah memperbaiki jalan yang putus. Kalau bisa segera disambung kembali walaupun secara temporer. Tidak bisa menunggu pembangunan permanen yang membutuhkan waktu berbulan-bulan," jelasnya.

AHY menuturkan, pemerintah telah mengerahkan alat berat ke sejumlah titik longsor dan ruas yang terputus. Selain itu, pembangunan jembatan perintis diupayakan di beberapa kawasan untuk memperlancar akses logistik dan evaluasi.

Untuk wilayah Sumut saja, kerusakan infrastruktur sangat banyak. Data Badan nasional penanggulangan Bencana menyebutkan, jembatan yang rusak mencapai 63 jembatan, Gedung fasilitas Kesehatan 1 unit, dan fasilitas umum lainnya sebanyak 80 unit.

Akibat bencana akhir November lalu, teridentifikasi adanya 171 titik longsor di Sumut, 27 titik jalan putus, 38 titik jalan amblas, 4 oprit jembatan putus, dan 28 titik genangan banjir. Parahnya lagi, ada pula 10 titik jalan putus dan 18 titik jalan amblas.

Akses ke Kota Sibolga sementara dialihkan melalui rute Sidikalang–Barus–Sibolga. Untuk jalur Tarutung–Sipirok, masyarakat dapat memanfaatkan ruas Siborong-borong–Pangaribuan–Sipirok sepanjang 114 kilometer, meski jalur ini masih terbatas bagi kendaraan kecil karena adanya tiga titik amblas.

Ruas paling terdampak adalah Batas Kota Tarutung–Batas Kabupaten Taput–Sibolga dengan 96 titik kerusakan dan ruas Tarutung–Sipirok dengan 54 titik. Pada ruas Rampa–Poriaha (Mungkur), terdapat 12 titik longsor dan amblas, termasuk tujuh longsor besar yang menyebabkan putus total. Secara keseluruhan terdapat 31 lokasi jalan putus—27 titik badan jalan dan 4 titik jembatan. Dari jumlah itu, 10 titik badan jalan dan 3 titik jembatan telah dapat difungsikan kembali.

Pada ruas Tarutung–Sipirok, penanganan mencapai 50 dari 54 titik, menyisakan satu titik jalan putus di STA 10+125 yang sedang disiapkan badan jalan sementaranya. Di STA 08+200 Desa Pengkolan, akses sudah kembali terbuka, namun proses pemadatan jalan masih terkendala cuaca.

Sementara itu, pada ruas Tarutung–Sibolga, 78 dari 96 titik telah tertangani, meski masih ada longsor besar sepanjang 100–150 meter yang belum dapat dijangkau alat berat.

Untuk mendukung percepatan pemulihan, Kemenko Infrastruktur telah mengerahkan 106 unit alat berat telah dikerahkan, meliputi excavator, loader, backhoe loader, dozer, motor grader, vibro roller, dump truck, dan flatbed truck. Pemerintah pusat lebih banyak berperan menangani semua ini. Bobby lebih focus bagi-bagi kotak mie. ***

 

 

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini