Perjalanan Musa Rajekshah alias Ijeck di Partai Golkar tampaknya bakal memasuki bab akhir setelah ia dilengserkan dari jabatan Ketua Dewan pengurus Daerah Provinsi Sumatera Utara. Penggusuran itu dianggap sama saja menutup peluang Ijeck untuk kembali terpilih pada Musyawarah Daerah (Musda) awal tahun depan.
Salah satu yang ikut berperan menggusur Ijeck adalah Ahmad Doli Kurnia Tanjung, anggota DPR RI asal Sumut yang kini ditunjuk sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Golkar Sumut.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa Ahmad Doli adalah musuh politik Ijeck. Saat Ijeck ikut bersaing merebut ketua Golkar Sumut pada Musda 2020, Ahmad Doli salah satu yang menentangnya. Alasannya, Ijeck bukanlah kader sejati yang pernah mengikuti system pengkaderan dari awal.
Ahmad Doli lebih mendukung sahabatnya Yasir Ridho Lubis sebagai ketua sebab ia menganggap Yasir Ridho merupakan kader sejati yang sudah teruji cukup lama di partai itu.
Namun situasi berkata lain. Ijeck yang kala itu mendapat dukungan dari Luhut Binsar Pandjaitan dan Airlangga Hartarto justru sukses menggeser Yasir Ridho yang sudah sempat terpilih.
Ahmad Doli kabarnya cukup sakit hati dengan situasi itu. Tapi ia menahan perasaan itu karena elit Golkar di pusat cenderung berpihak kepada Ijeck yang kala itu menjabat wakil Gubernur Sumut.
Seiring perjalanan waktu, peta politik Golkar di tingkat pusat mengalami perubahan signifikan. Bahlil Lahadalia berhasil mengkudeta Airlangga Hartarto berkat dukungan Presiden Jokowi. Airlangga dipaksa mundur jika tidak ingin dijerat kasus korupsi minyak goreng yang kabarnya merugikan negara cukup besar.
Biasalah, itu memang gaya Jokowi dalam menjebak pejabat yang ingin disingkirkannya. Jokowi lebih memilih Bahlil sebagai ketua Golkar karena bisa dikendalikannya. Apalagi Bahlil juga berjanji akan mendukung karir politik anak menantu Jokowi setelah ia tidak lagi menjabat presiden.
Setelah menjabat Ketua Umum Golkar, salah satu yang menjadi perhatian Bahlil adalah melakukan perombakan di Golkar Sumut demi kepentingan Bobby Nasution. Ijeck harus disingkirkan karena hubungannya dengan Bobby juga sudah retak.
Di sinilah peran Ahmad Doli Kurnia kembali ditonjolkan. Bahlil sepertinya ingin memanaskan lagi persaingan dua politisi ini.
Ahmad Doli menyambut tawaran itu karena ia pun ingin balas dendam kepada Ijeck. Dengan senang hati ia manerima mandat sebagai Plt Ketua Golkar Sumut sehingga ia bisa leluasa ambil bagian untuk menyingkirkan Ijeck dari kursi ketua.
Ahmad Doli sendiri merupakan politisi yang cukup berpengaruh di Golkar. Ia merupakan didikan dari Akbar Tanjung, tokoh senior yang sangat berpengaruh di Golkar. Ahmad Doli Kurnia asli merupakan anak Medan. Ia lahir dan menyelesaikan pendidikan hingga SMA di Medan, sebelum melanjut ke Universitas Padjajaran, Bandung.
Ahmad Doli merupakan anak dari Zainuddin Tandjung, salah seorang tokoh HMI di Sumatera Utara yang pernah menjabat sebagai anggota DPRD Provinsi Sumut dan anggota MPR RI. Sementara ibunya, Nurhafni Tambunan, seorang pensiunan dosen yang dulu juga menjadi aktivis KOHATI-sayap perempuan di HMI.
Latar belakang keluarganya yang kental dengan aktivisme dan intelektual, turut membentuk Doli seperti saat ini.
"Orang tua secara garis besar mengajarkan dua hal, berpegang pada agama dan ilmu pengetahuan. Dua hal itu menjadi modal bagi kami, anak-anaknya dalam menjalani hidup. Dan memang benar bahwa agama selalu menjadi pagar kita dalam setiap cobaan. Sementara ilmu pengetahuan sebagai bekal meningkatkan taraf hidup," ujar Doli.
Pria kelahiran 26 Juli 1971 ini meninggalkan Medan untuk merantau ke Bandung setelah menyelesaikan pendidikan menengah di SMA Negeri 1 Medan. Ia melanjutkan pendidikan di Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjajaran pada 1991. Di kampus itu ia mulai belajar berorganisasi dan berpolitik.
Ahmad Doli aktif dalam organisasi HMI dan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI. Dunia organisasi itu pula yang membuat ia dekat dengan Akbar Tanjung. Malah ada yang menyebut keduanya masih punya pertalian keluarga.
Kedekatan dengan Akbar membuat karirnya terus meningkat hingga terpilih sebagai Ketua Umum KNPI 2008-2011.
Selain di KNPI, Doli juga pernah menjabat Koordinator Presidium Majelis Nasional KAHMI, organisasi alumni HMI. Ia juga aktif di organisasi keagamaan Al-Washliyah, Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) RI dan Kosgoro. Bisa dikatakan, sejak merantau ke tanah jawa, hidupnya tidak pernah lepas dari dunia organisasai.
Sejak 2009, Doli mulai masuk dalam jajaran elit pengurus DPP Golkar setelah sebelumnya banyak bermain di organisasi sayap. Mulanya ia dipercaya sebagai Wakil Sekjen kemudian pada 2018 ditunjuk sebagai Wakil coordinator bidang pemenangan Pemilu untuk wilayah Sumatera.
Pada Pemilu 2019 ia sukses bersaing merebut kursi DPR RI dari wilayah Sumatera Utara sehingga terpilih sebagai anggota DPR RI. Sebagai perwakilan dari Sumut, Doli memang sangat aktif berurusan dengan DPD Golkar Sumut. Ia turut bermain untuk mendorong sahabatnya Yasir Ridho terpilih sebagai Ketua Golkar Sumut pada Musda 2020.
Tapi siapa sangka, strategi yang ia terapkan berhasil digagalkan kubu Ijeck. Alhasil Ijeck yang kemudian sukses menduduki jabatan Ketua Golkar Sumut sampai Desember 2025.
Kinerja Ijeck sebagai ketua Golkar Sumut bisa dikatakan cukup berhasil. Terbukti perolehan suara Golkar meningkat pesat. Pada Pemilu 2019, perolehan kursi Golkar di seluruh kabupaten/kota di Sumut hanya 184 kursi. Di masa kepemimpinan Ijeck, perolehan itu melonjak menjadi 208 kursi.
Begitu juga di tingkat provinsi, terjadi kenaikan cukup signifikan dari 15 kursi pada Pemilu 2019 menjadi 22 kursi pada Pemilu 2024. Dengan demikian Golkar berhasil meruntuhkan dominasi PDIP di Sumut yang selalu menjadi jawara dalam beberapa pemilu sebelumnya. Keberhasilan itu memastikan jabatan ketua DPRD Sumut milik Golkar.
Perolehan suara Golkar di DPR RI tidak kalah hebatnya. Pada Pemilu 2019 Golkar Sumut hanya mendapatkan empat kursi, tapi di masa kepemimpinan Ijeck perolehan meningkat jadi 8 kursi. Doli termasuk yang Kembali sukses merebut kursi DPR RI dari Sumut.
Tapi Doli tidak silau dengan pencapaian itu. Ia tetap masih memendam kisah lama saat Ijeck menyingkirkan sahabatnya, Yasir Ridho.
Seiring perubahan rezim di DPD Golkar pusat, Doli yang memang cukup dekat dengan Ketua Umum Bahlil lantas mulai bermain untuk menggeser Ijeck dari kursi Ketua Golkar Sumut.
Saat ini Doli menjabat wakil ketua Umum DPP Golkar. Tak heran ia kerap tampil bersama dengan Bahlil dalam berbagai acara Bersama Bahlil, ia pun mengatur strategi untuk menghalangi Ijeck terpilih kembali pada Musda Golkar 2026.
Caranya, Ijeck terlebih dahulu disingkirkan dari jabatan Ketua Golkar Sumut sehingga kekuatannya melemah. Hal itu akan memudahkan Doli untuk mengubah arah dukungan DPC yang selama ini mendukung Ijeck, untuk dialihkan ke kandidat lain yang ia dukung.
Kabarnya Doli mendukung Hendri Yanto Sitorus, Bupati Labuhanbatu Utara untuk duduk sebagai ketua Golkar Sumut. Peluang Yasir Ridho untuk naik juga tidak tertutup.
Namun jika dilihat dari sisi finansial, Hendri Yanto sepertinya lebih berpeluang. Kalaupun sosok ini yang naik sebagai ketua, Yasir Ridho dipastikan tetap akan mendapat tempat di Golkar Sumut.
Sementara jejak Ijeck kabarnya akan dibersihkan dari Golkar Sumut. Ia akan dipindahkan sebagai pengurus pusat, tapi menduduki jabatan yang kabarnya kurang begitu strategis.***
