![]() |
Letjen TNI Kunto Arief Wibowo (kiri) dan ayahhnya Jenderal (Purn) Tri Sutrisno |
Sikap sejumlah jenderal purnawirawan yang meminta agar Gibran Rakabuming Raka diberhentikan dari jabatan wakil presiden, berimplikasi kepada langkah politik lainnya. Salah satunya dialami Letjen TNI Kunto Arief Wibowo.
Perwira tinggi TNI ini digeser dari jabatannya yang semula sebagai Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Pangkogabwihan) I, kini menjadi staf ahli KASAD. Kunto Arief Widodo adalah putra dari Jenderal (TNI) Tri Sutrisno, mantan Panglima TNI dan juga mantan wakil presiden RI yang turut menyuarakan pergantian Gibran.
Tidak jelas apakah mutasi yang dialami Letjen TNI Kunto Arief Wibowo ada kaitannya dengan langkah ayahnya yang meminta Gibran diberhentika. Namun banyak yang percaya bahwa mutasi itu berbau politis.
Bisa jadi itu salah satu cara penguasa untuk membungkam tokoh-tokoh besar yang mengkritik pemerintahan saat ini.
Sebelumnya memang mencuat kabar adannya sejumlah purnawirasan jenderal TNI yang beramai-ramai minta agar Gibran dicopot dari jabatan wakil presiden. Selain tidak punya kapasitas yang memadai, pencalonan Gibran sebagai wakil presiden juga menyalahi etika.
Bisa dikatakan, Gibran adalah wakil presiden yang sangat tidak berkualitas. Kemampuan komunikasinya sangat buruk. Kecerdasannya sangat diragukan.
Sampai saat ini Gibran paling takut kalau berkunjung ke kampus untuk berdialog dengan mahasiswa. Nyaris tak ada perannya dalam pemerintahan yang sekarang. Dari pada memalukan bangsa, maka sejumlah purnawirawan TNI meminta Gibran sebaiknya diganti.
Seruan para tokoh senior ini tentu saja mendapat perlawanan dari ternak-ternak Jokowi. Mereka yang selama ini hidup sebagai penjilat penguasa merasa tuntutan itu tidak masuk diakal. Bagaimana pun juga, menurut mereka, Gibran tidak bisa digeser karena ia merupakan produk pemilu yang sah.
![]() |
Demo keprihatinan atas kecerdasan Gibran |
Tidak bisa dibantah bahwa para penguasa yang sekarang masih banyak yang tunduk kepada Jokowi dan keluarganya. Oleh karena itu perlawanan politik terus mereka lakukan untuk menyerang balik para jenderal purnawirawan itu.
Ada belasan jenderal purnawirawan yang ikut menandatangani permintaan pencopotan Gibran dari wapres. Dari semua tokoh itu, empat di antaranya adalah tokoh militer yang sangat berpengaruh pada masanya.
Mereka adalah wakil Presiden pada era 1993-1998, Jenderal Purn TNI Try Sutrisno; Jenderal TNI Purnawirawan H. Fachrul Razi, Wakil Panglima TNI pada 1998 hingga 2000; Laksamana (purn) Slamet Soebijanto, Kepala Staf TNI-AL dari 18 Februari 2005 hingga 7 November 2007; dan Jenderal (purn) Tyasno Sudarto yang pernah menjabat Kepala Staf TNI Angkatan Darat pada periode 1999 - 2000.
Pemerintah tak berani kontra langusung dengan para mantan petinggi TNI itu. Namun perlawanan tetap dilakukan dengan cara yang sangat halus. Salah satunya, melakukan mutasi terhadap sejumlah perwira TNI yang masih ada kaitannya dengan para jenderal purnawirawan itu.
Dalam hal ini Letjen TNI Kunto Arief Wibowo menjadi sasaran karena ia adalah anak dari Tri Sutrisno.
Letjen Kunto Arief Wibowo adalah seorang perwira tinggi TNI AD yang lulus dari Akademi Militer pada tahun 1992 dari kecabangan infanteri. Ia lahir di Malang pada 15 Maret 1971, dan merupakan teman seangkatan KASAD, Jenderal Maruli Simajuntak.
Kunto menyelesaikan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat Pendidikan Reguler XLV pada 2007. Ia juga sempat menjadi peserta pendidikan di Lembaga Ketahanan Nasional pada tahun 2018.
Sejumlah jabatan pernah dipagangnya. Jenderal bintang tiga ini pernah menduduki jabatan staf Ahli Bidang Ekonomi Sekretariat Jenderal Dewan Ketahanan Nasional (Setjen Wantannas) sebelum ditunjuk sebagai Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Pangkogabwihan) I.
Namun jabatan Pangkogabwihan I tidak lama diembannya, hanya sekitar empat bulan. Ia kemudian dipindahkan lagi sebagai staf ahli KASAD.
Pergeseran jabatan ini yang disebut-sebut sarat dengan kondisi politik. Tidak heran jika ada yang mengaitkan pergeseran itu dengan cara penguasa merepon sikap Tri Sutrisno yang meminta Gibran diganti.
Memang bukan hanya Kunto saja yang mengalami mutasi. Sejumlah perwira tinggi TNI lainnya juga mengalami pergeseran jabatan. Maka itu bisa jadi mutasi ini adalah hal yang biasa, sama sekali tidak terkait dengan langkah politik yang dilakukan Tri Sutrisno.
Namun yang namanya analisis, kajiannya tentu bisa bermacam ragam. Jangan heran jika ada yang tetap menganggap kalau pergerseran Letjen Kunto terkait manuver Tri Sutrisno yang menuntut pergantian Gibran.
Status Gibran sebagai wakil presiden memang kerap mengundang keheranan banyak orang. Selain terkesan tidak cerdas dan tidak tahu apa-apa, Gibran juga tidak memiliki porsi kerja yang jelas. Semua malu punya wapres seperti ini.