![]() |
Presiden Prabowo saat memeriksa salah satu dapur menyedia MBG pada pelajar di Jakarta |
Sebagaimana diketahui, keracunan makanan MBG mulai sering terjadi belakangan ini. Yang terbaru adalah kasus yang dialami 84 pelajar SMP Negeri 1 Laguboti, Kabupaten Toba, Sumatera Utara, yang mengalami keracunan setelah menyantap hidangan Makan Bergizi Gratis (MBG) pada Rabu (15/10/2025).
Sebelumnya kasus yang sama terjadi dalam jumlah yang lebih besar lagi di Jawa Barat, Bima dan berbagai daerah lainnya. Bukan hanya pelajar, bahkan guru dan petugas penyedia menu dari Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) juga turut menjadi korban.
Dari segi statistik, menurut Prabowo, jumlah keracunan yang terjadi hanya berada pada rasio 0,0007 persen . Meski begitu, dia menegaskan tidak bisa menerima satu kasus keracunan pun.
"Ketika kami menghitung jumlah makanan yang kami bagikan dan jumlah kasus keracunan, saya pikir statistiknya serendah 0,0007 (persen). Meskipun begitu, menurut saya, bahkan satu kasus keracunan saja sudah tidak bisa diterima," tegas Prabowo dalam Forbes Global CEO Conference, di St Regis, Jakarta, Rabu (15/10/2025).
Atas kejadian keracunan di program andalannya itu, dia mengaku tidak bisa menjalankan MBG dengan sempurna. Apalagi, melaksanakan program dengan tanpa satu kesalahan pun.
"Tapi menurut saya, dalam usaha manusia apa pun, untuk mencapai nol cacat, nol kecelakaan, atau nol kesalahan, itu sangat jarang terjadi, menurut pendapat saya. Saya tidak mencari-cari alasan," ungkapnya.
Untuk itu, dia telah melakukan tindak lanjut dengan meningkatkan pengawasan dan tata kelola pelaksanaan MBG.
"Kami bertekad untuk membuat angkanya sedekat mungkin dengan nol. Kami telah meningkatkan pengawasan dan prosedur operasi standar (SOP)," ujarnya. "Sekarang kami membeli peralatan baru, filter untuk air, keranjang untuk makanan. Peralatan modern untuk memanaskan air, memanaskan nampan makanan yang sedang dimasak. Kami menerapkannya dan mencoba meningkatkan semua pengawasan," tambahnya.
Dengan kasus terbaru yang terjadi ti Toba, maka kasus keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG) di Indonesia sudah menelan korban hingga belasan ribu orang hingga 16 Oktober 2025. Data ini merujuk kepada hasil pantauan Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI).
Terkait angka ini, Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono belum bisa memberikan tanggapan yang jelas. Namun, ia memastikan bahwa pengawasan mingguan Program MBG telah berjalan.
"Sudah, sudah jalan,” kata Dante usai memberi sambutan dalam acara Indonesia Healthcare AI Hackathon di Gedung Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Jakarta, Kamis (16/10/2025).
Dia menambahkan, data hasil pemantauan mingguan itu terus di-update dan langsung disalurkan ke Presiden Prabowo Subianto.
"Ya terus kita lakukan update laporan data dan kita masukkan langsung ke Bapak Presiden,” tambahnya.
Sejak rapat koordinasi (rakor) pada Minggu, 28 September Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin sudah berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) untuk mengantisipasi kasus MBG ini. Sistem pengawasan akan ditingkatkan sehingga diharapkan ke depan tidak ada lagi kasus keracunan makanan.
MBG merupakan program yang kerap dipamerkan oleh Pemerintahan Prabowo-Gibran yang katanya bertujuan untuk meningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Prabowo mengungkapkan, penerima manfaat MBG ini mencapat 35,4 juta jiwa.
Jumlah ini setara tujuh kali populasi Singapura. Sementara jumlah dapur yang memproduksi makanan untuk MBG per hari ini telah mencapai 11.900 dapur.
Dengan jumlah yang sangat banyak itu, maka tidak mudah untuk melakukan pengawasan secara ketat kepada semua system yang berjalanan,. Meski demikian Prabowo mengaku akan bekerja keras meningkatkan kualitas program MGB itu.***