-->

Relawan Galang Donasi untuk Bencana Sumatera, Anggota DPR ini Malah Kebakaran Jenggot!

Sebarkan:

Inilah anggota DPR RI dari Fraksi Gerindra bernama Endipat Wijaya yang kebakaran jenggot melihat aksi relawan yang bisa mengumpulkan donasi hingga Rp10 miliar untuk membantu korban bencana Sumatera

Entah setan
apa yang ada di kepala anggota DPR RI dari Fraksi Gerindra bernama Endipat Wijaya ini. Ia begitu sirik melihat aksi  relawan yang berjibaku membantu korban bencana di Sumatera. Salah satu yang paling ia sindir adalah Ferry Irwandi, relawan yang berhasil mengumpulkan donasi lebih dari Rp10 miliar untuk disumbangkan bagi korban bencana Sumatera. Endipat Wijaya begitu muak dengan aksi Ferry yang dinilainya cuma ingin cari sensasi.

Lebih  anehnya lagi, si Endipat Wijaya ini malah membandingkan donasi yang dikumpulkan Ferry Irwandi dengan bantuan yang diberikan negara. Lantas, media-media yang mempekerjakan wartawan goblok, kemudian menulis begitu saja sindiran Endipat Wijaya tanpa menggunakan akal sehatnya dalam menyebarkan berita.

Coba bayangkan, kok bisa-bisanya kerja keras relawan dibandingkan dengan bantuan negara? Alangkah biadabnya Endipat Wijaya itu, dan alangkah dungunya wartawan yang hanya menyebarkan berita itu tanpa menggunakan akal sehat.

Sifat iri dengki Endipat Wijaya itu terlihat  saat berlangsung  Rapat Kerja Komisi I dengan Menkomdigi Meutya Hafid di DPR, Senayan, Jakarta, pada Senin (8/12). Tanpa malu sedikitpun, Endipat Wijaya menyindir relawan yang datang ke Aceh membantu bantuan.

"Orang yang cuma datang sekali seolah-olah paling bekerja di Aceh, padahal negara udah hadir dari awal. Ada orang baru datang, baru bikin satu posko ngomong pemerintah enggak ada. Padahal pemerintah udah bikin ratusan posko di sana," katanya dalam Rapat Kerja itu.

Ia menilai, relawan yang datang sekali ke wilayah bencana Sumatera merasa yang paling bekerja. Padahal yang dibawa bantuan dari donasi yang mencapai Rp 10 miliar. Lantas si tolol ini kemudian membandingkan bantuan yang digalang relawan itu dengan bantuan dari pemerintah  yang angkanya jauh lebih besar.

“Memang Pemerintah tidak terlalu berbicara soal angka, tapi jumlahnya lebih besar dari relawan tadi,” katanya.

Oleh karena itu, Endipat Wijaya meminta Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) bisa menggencarkan informasi kerja pemerintah untuk menunjukkan bahwa bantuan pemerintah lebih besar ketimbang donasi dari relawan itu.

"Jadi yang kira-kira seperti itu Bu. Mohon jadi atensi dan dikembangkan sama Komdigi untuk menjadi informasi publik yang sehingga publik itu tahu kinerja pemerintah itu sudah ada dan memang sudah hebat," kata Endipat.

"Orang per orang cuma nyumbang Rp10 miliar, negara udah triliun-triliunan ke Aceh itu. Jadi yang kayak gitu mohon dijadikan perhatian sehingga ke depan tidak ada lagi informasi seolah-olah negara tidak hadir di mana-mana. Padahal negara sudah hadir sejak awal di dalam penanggulangan bencana," imbuh politikus Gerindra itu.

Ferry Irwandi, relawan yang berhasil menggalang dana hingga Rp10 miliar untuk disalurkan kepada korban bencana Sumatera. Aksi sosialnya ini justru membuat anggota DPR RI Endipat Wijaya seakan kebakaran jenggot.  Padahal si Endipat Wijaya belum tentu memberi sumbangan untuk korban bencana itu.
Ia kemudian meminta Komdigi aktif memberikan informasi ke publik terkait bantuan yang telah diberikan negara ke korban bencana di Aceh, Sumatera Barat dan Sumatera Utara.

"Saya cuma ingin mencoba memberikan masukan kepada Komdigi dan ingin mendukung Komdigi ke depan bagaimana Komdigi ini bisa mengamplifikasi informasi-informasi strategis yang sudah dilakukan oleh pemerintah, Bu," kata Endipat

Endipat menyinggung kinerja dari Kementerian Kehutanan yang sudah melakukan reboisasi secara besar-besaran. Namun, ia menyebut hal itu tak terinfokan hingga Kemenhut terus dikritik.

"Sebagai contoh kami misalnya mendengar sebenarnya Kementerian Kehutanan itu sudah melakukan evaluasi dan gerakan menanam pohon secara besar-besaran, tetapi itu kan tidak pernah sampai ke telinga teman-teman sampai ke orang bawah selalu saja Kemenhut itu dikuliti dan dimacam-macamin lah, Bu, padahal mereka sudah melakukan banyak hal," ujar Endipat.

Lebih lanjut ia mengatakan kinerja pemerintah harus diinformasikan ke publik dengan masif. Ia berharap Komdigi lebih aktif dan sensitif supaya informasi yang disampaikan bisa viral seperti konten di media sosial.

"Sebagai contohnya lagi teman-teman polisi dari awal juga sudah melaksanakan tindakan-tindakan yang dibutuhkan untuk apa, perbaikan hutan di Sumatera, tetapi tidak pernah juga terdengar secara masif," kata Endipat.

"Jadi kami mohon, Ibu, fokus nanti ke depan Komdigi ini mengerti dan tahu persis isu sensitif nasional membantu pemerintah memberitahukan dan mengamplifikasi informasi-informasi itu sehingga nggak kalah viral dibandingkan dengan teman-teman yang sekarang ini sok paling-paling di Aceh, di Sumatera dan lain-lain itu, Bu," sambungnya.

Dari dialog itu, terlihat sekali kalau  Endipat Wijaya ini sosok penjilat penguasa. Bisa dipahami, sebab ia adalah politisi Gerindra. Tapi bodohnya, kok bisa-bisanya orang seperti ini membandingkan bantuan relawan dengan kerja pemerintah.

Pemerintah membantu rakyat yang tertimpa bencana itu adalah sebuah kewajiban dan tanggungjawab yang harus dijalankan. Sedangkan relawan yang bekerja untuk para korban adalah aksi social yang merupakan panggilan jiwa. Tidak ada kepentingan politik apapun di situ, karena sosok Ferry Irwandi yang menggalang donasi untuk korban bencana di Aceh bukan seorang politisi. Ia adalah pekerja independent.

Kalau kemudian banyak media yang meliput aksinya, semata-mata karena aksinya itu sangat menarik dan memberi dampak cukup  besar bagi relawan. Bagi Ferry, berbicara kepada media juga merupakan sebuah tanggungjawab social dan  bentuk transparansi, sebab donasi yang diperolehnya berasal dari sumbangan masyarakat.

Kok bisa-biasanya ada anggota DPR RI yang kebakaran jenggot melihat aksi relawan seperti ini. Itulah prilaku si Endipat Wijaya.  

Sosok Endipat Wijaya ini adalah politisi baru. Ia berasal dari daerah pemilihan Kepulauan Riau. Pendidikannya cukup mentereng. Ia merupakan alumni Teknik Metalurgi ITB tahun 2006 dan menyelesaikan Pendidikan managemen di Swiss Germany University pada 2019.

Cuma hatinya busuk.  Begitu sirik  melihat kerja relawan yang membantu korban bencana. Padahal dia sendiri belum tentu ada memberikan bantuan. Semata-mata hanya pamer bantuan pemerintah. Dasar bodat..!***

 

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini